Translate

Ahad, 14 November 2010

Malim Kundang : Allah Membayar Tunai Doa Seorang Ibu......


Go to fullsize image

Pada suatu waktu, ada sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Karena kemiskinan, sang Ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Ayah Malin tidak pernah kembali ke kampung halamannya sehingga ibunya mengambil alih tanggungjawab  sang ayah untuk mencari nafkah.

Malin termasuk anak yang cergas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan penyapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut meninggalkan parut  dilengannya dan parut itu tidak hilang.
Go to fullsize image
Batu yang dikatakan Malin Kundang yang sedang sujud memohon ampun dari ibunya

Karena merasa kasihan dengan ibunya yang membanting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju kerana mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap berkeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran daripada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Go to fullsize image
Go to fullsize image
Go to fullsize image
Go to fullsize image
 Kapal Malin Kundang yang menjadi batu.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh lanun. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh lanun. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para lanun. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para lanun tersebut.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan kesungguhan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke jeti menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan isterinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke jeti melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya, Malin Kundang beserta isterinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya, Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh isterinya dan juga anak buahnya.

Kerana tidak menduga akan layanan seperti itu dari anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpahkan anaknya, "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu".
Go to fullsize image
Go to fullsize image
Go to fullsize image
Go to fullsize image
Batu Malim Kundang dan kapalnya masih boleh dilihat di Sumatera Barat.

Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang,, Sumatera Barat.

Tiada ulasan:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Catatan Popular